
indonewsdaily.com – Persemakmuran Eks IAIN Sunan Ampel Surabaya menggelar Focus Group Discussion (FGD). Acara penting ini diselenggarakan di Hotel Puri Senyiur, Samarinda, Jumat (7/11/2025).
Kegiatan ini mempertemukan para rektor dan wakil rektor dari sembilan Perguruan Tinggi Keagamaan Islam Negeri (PTKIN) yang tergabung dalam persemakmuran, meliputi kampus-kampus di Jawa Timur, Kalimantan Timur, dan Lombok.
FGD kali ini dipandu oleh Prof. Dr. H. Mukhamad Ilyasin, M.Pd., Direktur Pascasarjana UIN Sultan Aji Muhammad Idris (UINSI) Samarinda.
Ia menegaskan bahwa forum ini bukan hanya ajang pertemuan rutin, tetapi juga wadah strategis untuk memperkuat arah dan kolaborasi pengembangan PTKIN ke depan.
“Kita ingin memastikan PTKIN tetap relevan, unggul, dan mampu beradaptasi dengan perubahan zaman,” ujarnya.
Hadir pula Prof. H. Sahiron Syamsuddin, M.A., Ph.D., Direktur Pendidikan Tinggi Islam (Diktis) Kementerian Agama RI, yang membuka dan memberikan pandangan sekaligus arahan.
Dalam paparannya, Prof. Sahiron menekankan pentingnya sinergi antara kebijakan Kementerian Agama dan strategi pengembangan PTKIN di daerah.
“PTKIN harus menjadi pusat keilmuan yang tidak hanya unggul dalam akademik, tapi juga melahirkan lulusan yang berintegritas dan berdaya saing global. Kementerian Agama siap mendukung penguatan tata kelola, inovasi kurikulum, dan kolaborasi riset di lingkungan PTKIN,” tegasnya.
Sesi berikutnya diisi dengan pemaparan para narasumber. Prof. Dr. H. Nur Syam, M.Si., Guru Besar UIN Sunan Ampel Surabaya, menyoroti tantangan akreditasi dan pentingnya pembelajaran berbasis Work Based Learning serta Outcome Based Education (OBE). “PTKIN harus mampu menjawab kebutuhan nyata masyarakat dan dunia kerja,” katanya.
Kemudian, Prof. Dr. H. Moh. Mukri, M.Ag., menekankan pentingnya keseimbangan antara hard skills dan soft skills dalam pendidikan Islam. “Kita harus melahirkan generasi yang cerdas secara intelektual, matang secara emosional, dan kuat secara spiritual,” ujarnya.
Prof. Dr. H. Babun Suharto, M.M. menyoroti peran penting kepemimpinan di lingkungan PTKIN. “Pemimpin kampus harus visioner, bekerja keras dan cerdas, serta mampu membangun tim yang solid dan kompak,” pesannya.
Sementara itu, Prof. Dr. H. M. Zainuddin, M.A., Rektor UIN Maulana Malik Ibrahim Malang periode 2021-2025, yang juga hadir sebagai peserta aktif, mengangkat konsep pendidikan berbasis cinta — cinta kepada Tuhan, Rasul, sesama manusia, alam, dan tanah air. “Kalau pendidikan didasari cinta, maka karakter dan peradaban yang lahir akan penuh kasih dan manfaat,” ungkapnya.
Kehadiran para rektor dan wakil rektor dari sembilan PTKIN ini semakin mempererat semangat kebersamaan antaranggota Persemakmuran Eks IAIN Sunan Ampel Surabaya. Mereka sepakat bahwa sinergi dan kolaborasi adalah kunci untuk memperkuat peran PTKIN dalam memajukan pendidikan tinggi Islam di Indonesia.
Sebelum dimulainya kegiatan ini, Rektor UIN Maulana Malik Ibrahim Malang Prof Dr. Hj. Ilfi Nur Diana, M.Si melakukan FGD bersama para Wakil Rektor dan Direktur Pascasarjana serta Kabiro nya untuk mengevaluasi 100 hari capaian kinerja masing-masing. Kegiatan sehari sebelumnya UIN Malang sudah berkunjung ke Kantor Otoritas IKN dan diterima oleh Bapak Basuki Hadimuljono selaku Kepala Otoritas IKN serta akan melakukan MoU diantara keduanya.
Selain itu, persiapan peresmian gedung baru di kampus 3 berupa tulisan Ar-Rahim yang akan dirasmikan oleh Presiden RI Bapak Prabowo Subianto dan sebelumnya disertai kegiatan Halaqah Akbar Pengasuh Pondok Pesantren yang akan hadir 200 kiai dari berbagai pesantren di Jawa Timur.
Di akhir acara, Rektor UINSI Samarinda, Prof. Dr. Zurqoni, M.Ag., menyerahkan cinderamata kepada para narasumber sebagai bentuk apresiasi. Ia berharap hasil FGD ini dapat menjadi pijakan penting bagi penguatan kelembagaan dan peningkatan mutu akademik di seluruh PTKIN.
Rangkaian kegiatan FGD berlangsung hingga Ahad, 9 November 2025, dengan pembahasan lanjutan mengenai strategi pengembangan kelembagaan, inovasi kurikulum, serta peluang kolaborasi riset dan pengabdian masyarakat antar-PTKIN.
“FGD ini bukan sekadar forum diskusi, tapi ruang kebersamaan untuk merancang masa depan pendidikan tinggi Islam yang unggul, inklusif, dan berdaya saing global,” pungkas Prof. Sahiron.(die).
