• Beranda
  • Kebijakan Privasi
  • Persyaratan Layanan
  • Redaksi
  • Sony Rudiwiyanto
  • Tentang Newsnoid.com
Newsnoid
No Result
View All Result
No Result
View All Result
newsnoid.com
No Result
View All Result
Home Jawa Timur

Mahasiswa UB Dorong Pemilahan Sampah dan Konservasi Lingkungan, Menuju Desa Mulyoagung Berseri.

27 Juli 2025
in Jawa Timur, Terbaru
Bagikan

newsnoid.com, Malang – Dalam semangat pengabdian masyarakat dan kepedulian lingkungan, mahasiswa Universitas Brawijaya yang tergabung dalam program Kuliah Kerja Nyata (KKN) tahun 2025 telah melaksanakan aksi nyata di Desa Mulyoagung, Kecamatan Dau, Kabupaten Malang. Bertepatan dengan desa yang tengah giat memperkuat identitas sebagai kawasan ramah lingkungan, Salah satu program yang menjadi sorotan adalah pembuatan lubang biopori sebagai solusi pengelolaan limbah organik sekaligus upaya konservasi air tanah.

Program biopori ini digagas oleh Pranantha Dertha Leo, mahasiswa Fakultas Pertanian Universitas Brawijaya. Awalnya, Pranantha mengusulkan program budidaya tanaman obat keluarga (TOGA), namun dalam proses adaptasi dan observasi kebutuhan desa, usulan tersebut kemudian dialihkan menjadi proyek biopori. Keputusan ini diambil setelah berdiskusi dengan Kepala Desa Bapak Suheri, Kepala Dusun Jetak Ngasri Bapak Didit dan dosen pembimbing lapangan mahasiswa KKN Prof. Dr. Ir. Aminudin Afandhi, M.S. Untuk mengidentifikasi bahwa permasalahan pengelolaan sampah dan resapan air menjadi lebih mendesak untuk ditangani.

RelatedPosts

Jelang HUT ke-77: Polwan Polresta Malang Kota Gelar Bakti Kesehatan Gratis untuk Lansia

Kota Malang Raih Apresiasi Nasional di Bidang Perumahan; Walikota Wahyu : Struktur Anggaran Kita Dinilai Pro Perumahan Rakyat

Malang Health Tourism Board Bersama IDI dan Asia Stemcell Center Bahas Terapi Regeneratif 

“Saya melihat masih banyak sampah rumah tangga yang dibuang bercampur dalam kantong plastik, dan itu menimbulkan asumsi saya bahwa pemilahan mungkin terlalu digantungkan pada TPST3R yang ada di desa. Padahal, memilah dan mengelola sampah bisa dimulai sejak dari rumah. Biopori menjadi jalan sederhana untuk itu, khususnya sampah organik,” ungkap Leo.

Dengan dukungan bersama Kepala Dusun Jetak Ngasri, Bapak Didit bersama warga, dan didukung oleh rekan-rekan tim KKN, program ini dilaksanakan secara bertahap. Sebanyak 8 titik lubang biopori berhasil dibuat di lingkungan warga. Masing-masing lubang memiliki kedalaman sekitar 90-100 cm dan diameter 15 cm. Sampah organik seperti daun kering, sisa buah dan sayur dimasukkan ke dalam lubang sebagai bahan pembentuk kompos alami.

Lebih dari sekadar menggali lubang, pelaksanaan program ini juga disertai edukasi langsung kepada warga. Mahasiswa memaparkan fungsi lubang biopori dalam membantu meresapkan air hujan, mencegah banjir, dan menghasilkan pupuk kompos yang bisa dimanfaatkan warga. Edukasi dilakukan secara informal di sela-sela kegiatan, dengan bahasa yang ringan dipahami oleh berbagai kalangan usia.

Edukasi ini menemukan ruang yang subur, warga Desa Mulyoagung, terkhususnya Jetak Ngasri ini sendiri dikenal gemar menanam tanaman hias maupun sayuran di halaman rumah mereka. Kebiasaan ini menjadi potensi besar dalam pengelolaan sampah organik rumah tangga. Dengan adanya lubang biopori, sampah organik yang sebelumnya hanya dibuang kini dapat diubah menjadi kompos, yang bisa langsung dimanfaatkan untuk menyuburkan tanaman mereka sendiri. Hal ini menjadikan biopori sebagai jembatan antara kesadaran lingkungan dan praktik sederhana sehari-hari.

Selain itu, program inisiatif ini juga selaras dengan keberadaan TPST3R (Tempat Pengolahan Sampah Terpadu Reduce-Reuse-Recycle) yang dimiliki oleh Desa Mulyoagung. Jika TPST3R menjadi pusat pemilahan dan pengelolaan sampah skala desa, maka lubang biopori memungkinkan proses pengelolaan dimulai langsung dari rumah tangga. Warga tak hanya diajak memilah, tetapi juga mengelola limbah organik menjadi kompos secara mandiri. Hal ini, menjadikan keberadaan biopori memperkuat prinsip pengelolaan sampah dari hulu ke hilir, mengelaborasi sistem yang ada lebih efektif dan terus berlanjut.

Program ini pun berjalan beriringan dengan persiapan Desa Mulyoagung dalam menghadapi lomba Desa Berseri tingkat Provinsi Jawa Timur yang diadakan oleh Dinas Lingkungan Hidup. Mahasiswa UB, melalui program biopori ini dinilai sejalan dengan indikator penilaian, yakni partisipasi masyarakat dalam menjaga kebersihan dan pengelolaan lingkungan berbasis rumah tangga.

Foto bersama Tim KKN UB, Kepala Dusun Njetak Ngasri dan Warga pasca pembuatan lubang biopori.

Kepala Dusun Jetis menyambut baik inisiatif mahasiswa. “Anak-anak ini aktif, terbuka, dan mau diskusi. Saya lihat mereka juga fleksibel, siap menyesuaikan ketika di lapangan. Ini penting karena setiap desa punya karakter berbeda,” ujarnya.

Salah satu pembelajaran penting dalam pelaksanaan program ini adalah bahwa keberhasilan tidak hanya ditentukan oleh pencapaian teknis, tetapi juga oleh sejauh mana partisipasi warga bisa terus didorong. Meski keterlibatan langsung warga belum sepenuhnya maksimal, antusiasme terhadap keberadaan lubang biopori dan keterbukaan mereka terhadap edukasi menjadi modal sosial yang sangat berharga untuk keberlanjutan program ini ke depan.

Selain itu, mahasiswa juga mengkritisi aspek teknis terkait lokasi biopori. Idealnya, pemilihan titik pembuatan mempertimbangkan kedalaman muka air tanah (MAT) dan struktur tanah. Namun karena keterbatasan alat dan data, pemilihan titik lebih banyak dilakukan berdasarkan pengalaman lapangan dan diskusi dengan perangkat desa. Evaluasi ini menjadi pembelajaran penting untuk perencanaan program serupa di masa depan.

Usai delapan titik biopori rampung, mahasiswa berinisiatif mendokumentasikan seluruh kegiatan dan menyampaikan laporan kepada pihak desa. Rekap kegiatan juga telah dibagikan secara terbuka melalui akun Instagram tim KKN mereka.

“Program ini bukan tentang seberapa banyak lubang yang kami buat, tapi tentang bagaimana kami belajar berinteraksi dengan masyarakat, membangun kepercayaan, dan meninggalkan dampak kecil yang bisa berlanjut setelah kami pulang,” tutup Leo.

Melalui aksi sederhana namun penuh makna ini, mahasiswa UB menunjukkan bahwa pengabdian masyarakat tidak selalu memerlukan proyek besar. Artikel ini disusun berdasarkan laporan lapangan Tim KKN UB 2025 Desa Mulyoagung, dibawah bimbingan dosen lapangan Prof. Dr. Ir. Aminudin Afandhi, M.S.

Oleh: Pranantha Dertha Leo
Bersama tim penanggung jawab program: Tria Apridia, Rafi Muhammad Naufal, Daniel Risang Pamungkas, dan Habib Ferdiansyah.(*)

ShareSend
Next Post
Malang Lites Present Kembali Menghadirkan Event Musik Bertajuk “Blues n’ Rock”

Malang Lites Present Kembali Menghadirkan Event Musik Bertajuk "Blues n' Rock"

Tinggalkan Balasan Batalkan balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Recent Posts

  • Jelang HUT ke-77: Polwan Polresta Malang Kota Gelar Bakti Kesehatan Gratis untuk Lansia
  • Kota Malang Raih Apresiasi Nasional di Bidang Perumahan; Walikota Wahyu : Struktur Anggaran Kita Dinilai Pro Perumahan Rakyat
  • Malang Health Tourism Board Bersama IDI dan Asia Stemcell Center Bahas Terapi Regeneratif 
  • Tirta Kanjuruhan Komitmen Layani Sambungan Air Bersih 23 Ribu Rumah dari Proyek Sumber Dieng 2
  • Bersama Pengusaha dari Kamboja dan Malaysia, Kombes Pol Nanang Haryono, SH, SIK MSi Kembali Raih Award 2025

Recent Comments

Tidak ada komentar untuk ditampilkan.

Archives

  • Agustus 2025
  • Juli 2025

Categories

  • Jawa Timur
  • Musik
  • newsnoid.com
  • Olahraga
  • Terbaru
  • Uncategorized
  • Beranda
  • Kebijakan Privasi
  • Persyaratan Layanan
  • Redaksi
  • Sony Rudiwiyanto
  • Tentang Newsnoid.com

© 2025 JNews - Premium WordPress news & magazine theme by Jegtheme.

No Result
View All Result
  • Beranda
  • Kebijakan Privasi
  • Persyaratan Layanan
  • Redaksi
  • Sony Rudiwiyanto
  • Tentang Newsnoid.com

© 2025 JNews - Premium WordPress news & magazine theme by Jegtheme.