
newsnoid.com, Malang – Tiga profesor, dosen dari Fakultas Kedokteran Hewan (FKH) Universitas Airlangga (Unair) menggelar program Pengabdian Masyarakat (Pengmas). Mereka menyasar desa Beringin, Kecamatan Wajak, Kabupaten Malang yang tahun lalu terkena wabah penyakit mulut dan kuku (PMK).
Tujuan utama Pengmas ini yakni untuk mengembalikan tingkat kelahiran sapi perah yang sempat turun drastis. Juga dengan pemberian pakan yang bagus untuk mempercepat pemulihan gangguan reproduksi sapi perah pasca PMK.
Ketua Tim Pengmas, Prof Dr Suherni Susilowati MKes drh, menegaskan bahwa inisiatif ini lahir dari kepedulian para Guru Besar FKH Unair terhadap kondisi sapi perah di wilayah tersebut. Ia melihat banyak sapi mengalami gangguan reproduksi, terutama pasca wabah PMK beberapa tahun terakhir.
“Produksi susu pun menurun seiring menurunnya nafsu makan dan kesehatan umum ternak,” ungkap Prof Suherni Sabtu (9//8/2025).
Langkah konkret yang diambil tim Pengmas adalah kombinasi terapi medis dan penyuluhan edukatif. Fokus utama adalah pemulihan gangguan reproduksi sapi perah serta pencegahan berulang melalui edukasi kepada peternak. Terutama mengenai manajemen ternak, pola pakan, serta praktik terkait kesehatan reproduksi.
Statistik di lapangan menunjukkan situasi yang cukup memprihatinkan dimana tingkat PMK di dusun Tamparsewu diperkirakan mencapai 50 persen dari populasi sapi. Kasus-kasus berat bahkan berujung pada kematian ternak, dengan beberapa diantaranya langsung dikubur atau dijual sebelum proses pemulihan selesai.
“Kondisi ini membuat para peternak kerap kehilangan pendapatan dan mengancam ketahanan pangan lokal,” ucap Suherni.
Tim Pengmas tidak hanya berhenti pada terapi dan penyuluhan. Mereka menyoroti perlunya vaksinasi dan upaya pencegahan jangka panjang sebagai langkah preventif terhadap PMK.
“Vaksinasi merupakan bagian penting agar wabah tidak terulang dan reproduksi sapi perah bisa pulih lebih cepat,” tukasnya.
Selain terapi dan penyuluhan, tim juga menekankan pentingnya manajemen kandang yang baik serta pemeriksaan rutin ke dokter hewan. Pendekatan holistik ini diharapkan mampu meningkatkan kesehatan reproduksi sapi perah sekaligus menjaga produksi susu tetap stabil.
Tim Pengmas ini terdiri dari tiga Guru Besar, yakni Prof Suherni sendiri, bersama Prof Dr Tri Wahyu Suprayogi MS drh, dan juga Prof Dr Widya Paramita Lokapirnasari drh MP. Mereka dibantu sejumlah mahasiswa S1 dan S2.
Tiga Guru Besar ini merencanakan program Pengmas berkelanjutan melalui monitoring perkembangan di lapangan. Hingga langkah-langkah perbaikan dapat disesuaikan dengan dinamika di Desa Beringin.
“Penyuluhan dari tim reproduksi FKH Unair diharapkan membawa dampak positif bagi masalah reproduksi sapi perah di Kecamatan Wajak. Kami ingin memastikan solusi yang diterapkan relevan dan berdampak nyata bagi kesejahteraan peternak,” tambah Suherni.
Pengabdian Masyarakat ini mendapat respons positif dari komunitas peternak setempat, yang berharap program ini tidak hanya menolong sapi-sapi mereka pulih. Namun juga membangkitkan kembali aktivitas ekonomi desa. Diharapkan, penggunaan terapi terintegrasi, vaksinasi, dan peningkatan manajemen kandang dapat mempercepat pemulihan produksi susu serta meningkatkan taraf hidup para peternak.
Penanggung jawab kegiatan menegaskan bahwa program ini akan terus dipantau dan diperbarui sesuai perkembangan di lapangan, demi menjaga kesinambungan manfaat bagi masyarakat Tamparsewu dan wilayah sekitarnya.(frd)